Daerah perhutanan di Indonesia tersebar hampir di setiap pulau, khususnya di daerah Kalimantan. Dahulu hutan-hutan ini menjadi kebanggaan negara Indonesia, karena dapat menyuplai kebutuhan ekspor kayu dan hasil hutan lainnya. Namun semakin lama kebutuhan akan hasil-hasil hutan meningkat dan akhirnya membahayakan eksistensi dari hutan itu sendiri.
Sekarang ini banyak diberitakan kasus-kasus pembalakan liar yang menimpa wilayah hutan-hutan tropis di Indonesia. Bahkan tidak jarang pembalakan liar terjadi di daerah hutan lindung. Hal ini sungguh amat disayangkan, mengingat hutan memiliki peranan yang cukup penting, baik dalam fungsi klimatologis maupun fungsi hidrologis. Pembalakan liar di kawasan hutan tanpa mengadakan penanaman kembali menyebabkan terjadinya degradasi lahan dan fungsi ekologis dari hutan.
Selain pembalakan liar, bahaya terselubung lain yang mengancam keberadaan hutan sebagai sumber daya alam ialah penebangan hutan tropis di Indonesia untuk perkebunan kelapa sawit. Pembukaan lahan baru perkebunan kelapa sawit ini telah mengorbankan sejumlah besar hutan tropis di wilayah Indonesia, terutama di Pulau Kalimantan. Diperkirakan dalam 15 tahun ke depan apabila hal ini masih terus dilakukan, maka 98% hutan tropis di Indonesia akan hilang.
Disini kita dapat melihat baik hutan maupun kelapa sawit sebagai kekayaan alam Indonesia yang dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebenarnya kedua hal ini dapat digunakan dengan seimbang, tetapi sayangnya para pengusaha lebih memilih mengorbankan hutan tropis untuk memperbesar produksi kelapa sawit. Padahal bila dilihat secara mendalam, hutan pun memiliki banyak hasil-hasil yang tentunya tidak kalah menguntungkan dari kelapa sawit itu sendiri.
Dari kasus ini saya melihat suatu bentuk keserakahan dari manusia. Lahan kelapa sawit yang terbatas dipaksa untuk memenuhi kebutuhan ribuan ton kelapa sawit untuk ekspor Indonesia. Dan dengan mudahnya ribuan hektar hutan tropis Indonesia ditebang habis untuk memenuhi kebutuhan kelapa sawit yang meningkat ini. Hal ini nampaknya tidak relevan dengan pernyataan bahwa industri kelapa sawit di Indonesia adalah industri yang ramah lingkungan dan turut andil serta dalam pelestarian lingkungan. Menurut data organisasi Greenpeace, justru dengan pembukaan lahan baru perkebunan kelapa sawit dengan membabat habis hutan tropis menjadikan Indonesia sebagai negara yang menyumbang cukup besar dalam proses global warming. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah gas asam arang yang dilepaskan ke udara dalam proses pembakaran hutan tropis. Gas asam arang ini merupakan salah satu dari gas rumah kaca yang menjadi penyebab dari pemanasan global.
Dengan penebangan hutan untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit, maka fauna-fauna yang ada di dalam hutan pun terancam punah, karena kehilangan habitat alami mereka. Hewan-hewan ini pun kemudian mulai memasuki daerah yang menjadi teritori manusia. Sering kita dengar adanya berita mengenai harimau yang memasuki daerah pemukiman penduduk, lalu dibunuh. Menurut saya, harimau ataupun binatang-binatang lain yang mengalami kejadian serupa hanyalah menjadi korban dari rusaknya hutan tempat mereka tinggal. Karena kehilangan tempat tinggal dan tempat mencari makanan, mereka berusaha bertahan hidup tanpa tahu bahwa mereka mencari ke arah yang salah. Kemudian mereka dibunuh oleh warga dengan alasan membahayakan penduduk. Perlu dipertanyakan disini, apakah hewan tersebut yang membahayakan manusia, atau justru manusia yang membahayakan hewan-hewan tersebut sehingga mereka terancam punah?
Veronica Dian, XI IPS 2 / 35
Kolese Gonzaga – April 2009